Cerita Film Amadeus 1984

Sinopsis Film Amadeus 1984

Wolfgang Amadeus Mozart adalah seorang komposer jenius yang selama ini kita lebih mengenalnya dan menyebutnya Mozart. Siapa sangka, kisah hidup sang maestro dalam opera itu tidak seindah dan secemerlang karya-karyanya. Film yang memasuki pasaran pada tahun 1984 ini merupakan salah satu film yang paling saya cari. Pastinya, saya sangat senang ketika menemukannya dan akhirnya bisa menuliskan ceritanya di sini. Milos Forman menyutradarai film ini dan naskahnya merupakan adaptasi dari sebuah drama panggung berjudul sama karya Peter Shaffer. F. Murray Abraham mendapatkan peran sebagai Antonio Salieri, sedangkan Tom Hulce memerankan Mozart sang maestro. Saya merasa kita tidak perlu lagi meragukan kesuksesan film ini karena selain mendapat nominasi untuk 53 penghargaan, Amadeus menerima 40 penghargaan, termasuk di antaranya delapan Academy Awards. Selamat menikmati cerita film Amadeus 1984. 

<span style="font-weight: 400;">Cerita Film Amadeus 1984 </span>

<span style="font-weight: 400;">Kisah Antonio Salieri</span>

Pada musim dingin tahun 1823, Antonio Salieri, seorang komposer Italia, mencoba bunuh diri. Para pelayannya mengungkapkan jika mereka mendengar Salieri mengaku telah membunuh Wolfgang Amadeus Mozart. Akibatnya, Salieri pun harus mendapat perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Seorang pendeta muda bernama Pastor Vogler mendekati Salieri untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai pengakuannya. Namun, Salieri malah memainkan beberapa melodi, termasuk di antaranya adalah Eine Kleine Nachtmusik, yang tidak diketahui oleh Vogler.

Kemudian, Salieri menceritakan tentang melodi terakhir yang ia mainkan. Sejak dirinya mengingat melodi itu, ia ingin menjadi seorang komposer. Sayangnya, keinginan itu justru membuat ayahnya kecewa. Maka, Salieri memohon kepada Tuhan agar mengizinkannya menjadi seorang komposer terkenal dan menjanjikan kesetiaan, kesucian, serta ketekunan sebagai imbal baliknya. Lalu, secara tiba-tiba, ayah Salieri meninggal setelah tersedak makanannya sendiri dan Salieri menganggap hal itu sebagai pertanda bahwa Tuhan telah mengabulkan permintaannya. Hingga, pada tahun 1774, Salieri telah menjadi komposer istana Kaisar Joseph II di Wina. 

Sekitar tujuh tahun kemudian, pada sebuah resepsi penghormatan bagi pelindung Mozart, Pangeran-Uskup Agung Salzburg, Salieri dengan gelisah menantikan momen pertemuan dengan seseorang yang ia idolakan. Namun, ia merasa sangat terkejut ketika mengetahui bahwa sosok Mozart, idolanya yang sangat berbakat itu, merupakan orang yang kekanak-kanakan. Sebagai seorang seorang Katolik yang taat, Salieri merasa heran mengapa Tuhan menganugerahkan bakat sebesar itu bukan kepada dirinya, melainkan justru kepada seseorang seperti Mozart. Maka, ia pun menyimpulkan bahwa Tuhan menggunakan Mozart dan bakatnya untuk memperlihatkan kepada Salieri bahwa dirinya hanyalah orang yang tidak memiliki keistimewaan apa pun. Akibat pemikiran itu, Salieri pun meninggalkan Tuhan. Bahkan, ia bersumpah akan menghancurkan Mozart demi membalaskan dendamnya kepada Tuhan. 

<span style="font-weight: 400;">Kehidupan Sang Maestro</span>

Di sisi lain, meskipun terus menghasilkan karya-karya cemerlang, kehidupan Mozart bukanlah sesuatu yang sempurna. Kecanduan alkohol tidak hanya merusak kesehatan tubuhnya, tetapi juga menghancurkan pernikahan, keuangan, dan reputasinya di istana. Saat ini, Mozart tengah mengerjakan sebuah opera berdasarkan drama The Marriage of Figaro. Sebenarnya, Kaisar sempat melarang pembuatan opera tersebut karena menganggap temanya dapat mengandung unsur yang dapat menghidupkan sebuah pemberontakan. Bahkan, Mozart sendiri sempat menjalani proses pengadilan karena hal itu. Akan tetapi, dalam pengadilan, Mozart berhasil menjelaskan dan meyakinkan sang Kaisar untuk mengizinkan penampilan opera tersebut. 

Salieri mengetahui apa yang sedang dipersiapkan oleh Mozart itu setelah ia mempekerjakan seorang gadis muda sebagai pembantu di tempat Mozart. Maka, bersama beberapa orang rekannya, Salieri pun berniat untuk melakukan sebuah sabotase. Sementara Mozart sedang berduka akibat kematian ayahnya dan mencurahkan kesedihannya kepada Don Giovanni, Salieri mulai menyusun rencananya. Ia hendak membunuh Mozart setelah sebuah penampilan, lalu mengeklaim bahwa karya tersebut adalah miliknya. 

Sementara itu, Mozart mendapat undangan dari seorang temannya yang bernama Emanuel Schikaneder. Schikaneder meminta Mozart menuliskan sebuah opera untuk teaternya dan sebagai teman, Mozart pun menurutinya. Padahal, Constanze, istri Mozart, mendesaknya untuk segera menyelesaikan Requiem. Hal ini pun memicu pertengkaran di antara keduanya dan mengakibatkan Constanze pergi meninggalkan Mozart bersama putra mereka yang masih kecil. 

<span style="font-weight: 400;">Cerita Film Amadeus 1984</span>

<span style="font-weight: 400;">Kematian Misterius</span>

Setelah kesuksesan sebuah opera berjudul The Magic Flute, Mozart jatuh pingsan karena kelelahan akibat bekerja terlalu keras. Melihat hal ini, Salieri pun membawa Mozart pulang. Namun, Salieri tidak membiarkan Mozart untuk beristirahat, tetapi membujuknya untuk melanjutkan penulisan Requiem. Bahkan, Salieri menawarkan bantuan dengan membiarkan Mozart mendiktenya untuk menuliskan karya tersebut. Mozart yang menganggap Salieri telah berniat baik dan menunjukkan ketulusannya pun akhirnya menerima tawaran tersebut hingga bagian pembuka dari Requiem tersebut selesai dalam semalam. 

Sayangnya, kesan baik Mozart terhadap Salieri tidak sejalan dengan pandangan Constanze. Ketika Constanze kembali dan melihat Salieri bersama suaminya, wanita itu pun segera mengusir Salieri. Selain itu, Constanze juga menyimpan karya yang belum selesai dalam sebuah lemari dan menguncinya rapat-rapat dan tentunya juga sempat bersitegang dengan Salieri. Ketika Constanze menghampiri Mozart di tempat tidurnya, wanita itu sangat terkejut karena mendapati suaminya itu telah meninggal dunia. 

Kembali pada tahun 1823, Vogler yang telah mendengarkan seluruh pengakuan dari Salieri, merasa terguncang. Vogler hendak memberikan sebuah pengampunan kepada Salieri. Mungkin, ia sendiri merasa bahwa dalam seluruh ceritanya, tak ada satu bagian pun yang menunjukkan bahwa Salieri telah membunuh Mozart. Namun, rasa bersalah Salieri karena pernah berencana untuk menghancurkan hidup Mozart terus menghantuinya hingga saat ini. Dengan sangat ironis, Salieri percaya bahwa Tuhan telah menghukum Mozart agar orang-orang biasa yang tidak memiliki keistimewaan, seperti dirinya dan Vogler, dapat hidup dengan tenang. Pertemuan itu berakhir dan ketika Salieri harus kembali ke dalam ruangannya, tawa Mozart menggema sepanjang lorong di rumah sakit itu, sekaligus mengakhiri cerita film Amadeus 1984 ini. 

FAQ Sinopsis Film Amadeus 1984

Trailer Amadeus 1984

Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah penilai: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *