KKN Desa Penari

Sinopsis Film KKN Desa Penari 2022

Film KKN Desa Penari mengadaptasi kisah yang beredar dan viral di media sosial. Penutur kisah tersebut adalah pemilik akun twitter @simpleman. Di Indonesia, film ini menjadi salah satu film terlaris dan menempati peringkat kedua di bawah Avengers: Endgame. Maka, mari kita simak cerita enam mahasiswa yang mengalami hal-hal mengerikan selama melaksanakan program KKN ini. 

Survei

Pemandangan alam pedesaan yang indah dengan hamparan sawah hijau laksana permadani membuka film ini. Sebuah mobil berhenti karena telah mencapai tujuannya. Lalu, seorang gadis bernama Nur keluar dari mobil dan melihat seorang kakek tua yang memandangnya dengan tatapan tajam. Nur yang keheranan menyaksikan hal itu hanya bisa diam. Kemudian, seorang gadis lain bernama Ayu keluar dari mobil dan menyadarkan Nur. 

Tidak lama kemudian, seorang lelaki bernama Ilham yang merupakan kakak dari Ayu menyambut mereka. Dari tempat perhentian itu, mereka bertiga meneruskan perjalanan menggunakan ojek. Setelah cukup lama, ketiganya sampai di gerbang sebuah desa. Kepala desa yang bernama Pak Prabu telah menyambut kedatangan mereka di tempat itu. 

Setelah saling memperkenalkan diri, Ayu dan Nur menyatakan keinginan mereka untuk melakukan KKN di desa tersebut. Awalnya, Pak Prabu enggan mengizinkan kegiatan tersebut entah karena apa. Namun, Ayu mengutarakan kembali keinginan mereka sebagai sekelompok mahasiswa dan berhasil meyakinkan beliau. Bersama Ilham dan Pak Prabu, kedua gadis tersebut melihat-lihat beberapa tempat di desa itu. 

Pak Prabu memperlihatkan sebuah kolam yang telah mengering di desa tersebut. Beliau menceritakan bahwa dulunya kolam itu merupakan tempat mandi bagi para penari di desa. Kemudian, Ayu memaparkan idenya untuk membuat kolam tersebut menjadi tempat yang memiliki fungsi bagi warga desa. Saat itu, Nur merasa pundaknya tiba-tiba menjadi berat. Ia juga melihat sesosok makhluk mengerikan dari balik pepohonan. 

Start

Beberapa minggu kemudian, Ayu dan Nur kembali ke desa tersebut. Kali ini, mereka bersama teman-teman yang tergabung dalam satu kelompok KKN, yaitu, Bima, Widya, Anton, dan Wahyu. Ketika menempuh perjalanan menggunakan ojek, Widya yang berada paling belakang mendengar suara gamelan. Selain itu, ia juga melihat sesosok wanita berpakaian tradisional di kejauhan.

Sesampainya di desa, Widya bertanya kepada Pak Prabu apakah ada desa lain di sekitar tempat mereka kini berada. Ia juga mengatakan bahwa ia mendengar suara gamelan seakan ada yang menggelar acara tradisional. Mendengar hal itu, raut wajah Pak Prabu tiba-tiba berubah. Namun, beliau berusaha terlihat tenang dan mengatakan mungkin Widya hanya salah mendengar sesuatu. Lalu, Pak Prabu mengantar para gadis untuk menginap di rumah Bu Sundari, sedangkan para lelaki akan menginap di tempat lain yang telah dipersiapkan. 

Malam pertama di desa tersebut, Widya yang tidak bisa tertidur melihat penampakan sosok nenek tua di sebelah Nur. Anehnya, nenek tersebut membelai kepala Nur yang tertidur pulas seakan begitu menyayanginya. Bagi Widya, fenomena itu sebenarnya sangat menakutkan. Akan tetapi, ia hanya bisa diam dan menangis sambil mencoba sebisa mungkin untuk tidur. 

Makam Berkain Hitam 

Keesokan harinya, Pak Prabu mengantar para mahasiswa tersebut untuk berkeliling desa. Mereka mengobservasi tempat-tempat yang mungkin akan menjadi target dari program kerja mereka. Ketika sampai di makam desa, Pak Prabu menjelaskan mengenai batu nisan yang ditutupi kain hitam kepada mereka. Tiba-tiba, Nur melihat sesosok genderuwo dengan mata merah menyala tengah menatap ke arah mereka. Ia pun tiba-tiba merasa lemas sehingga Bima harus mengantarnya kembali ke tempatnya menginap. 

Sementara itu, Pak Prabu dan yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka. Pak Prabu menunjukkan sebuah gapura yang merupakan pembatas desa tersebut. Lalu, beliau mengingatkan para mahasiswa tersebut agar tidak melewati gapura yang membatasi desa itu dengan hutan lepas. Selain itu, Pak Prabu juga sempat menyinggung keberadaan sebuah tempat keramat yang bernama Tapak Tilas. Entah mengapa, Nur bisa berada di tengah hutan sendirian dan bertemu dengan genderuwo itu lagi. Namun, ia ternyata hanya bermimpi. 

Saat makan malam, Ayu menanyakan perihal Bima kepada Nur. Maka, terungkaplah bahwa selama ini Ayu telah memiliki perasaan suka kepada Bima. Sejak saat itu, para mahasiswa tersebut mulai mengalami fenomena-fenomena mistis. Nur dan Widya mendengar suara gamelan, kidung jawa, dan melihat sosok penari tradisional berpakaian serba hijau saat mereka tengah bergantian untuk mandi. Ketika menemui Pak Prabu untuk mengeluhkan pengalamannya selama di desa, Nur juga bertemu dengan seorang lelaki tua bernama Mbah Buyut. 

Melalui Mbah Buyut itulah, Nur mengetahui keberadaan sesosok jin yang selalu menjaga dirinya. Kehadiran jin penjaga Nur itu telah membuat jin penghuni desa itu tidak nyaman. Ternyata, makhluk yang sering menampakkan dirinya kepada Nur adalah jin penunggu desa tersebut. Namun, setelah melakukan komunikasi dengan Mbah Buyut, jin penghuni desa itu pun berjanji tidak akan mengganggu Nur lagi. 

Ular dan Penari

Malamnya, Nur dan Widya kembali mengalami fenomena mistis. Nur merasa melihat Widya tengah melilitkan seekor ular pada tubuhnya. Sementara, Widya justru merasa ia melihat Nur tengah menari dengan gerakan yang sangat luwes dan indah. Sebenarnya, yang betul-betul kesurupan dan menari saat itu adalah Widya. Wahyu, salah satu teman mereka, adalah orang yang memergoki Widya malam itu, sementara Nur hanya bermimpi. Ia terbangun karena mendengar keributan, lalu keluar dan menemukan Wahyu sedang berusaha menyadarkan Widya. 

Keesokan harinya, Mbah Buyut mendeteksi adanya makhluk halus yang mengikuti Widya. Maka, beliau pun memberi Widya sebuah ramuan untuk membentenginya. Di sisi lain, Anton mengatakan hal aneh tentang Bima kepada Nur. Semula, Nur tidak mempercayai perkataan Anton, tetapi Anton lalu menunjukkan bukti adanya sebuah sesajen di kamar Bima. Sayangnya, baik Nur maupun Anton melewatkan foto Widya yang juga ada di tempat itu. 

Semakin hari, hampir setiap orang dari kelompok KKN tersebut mendapat pengalaman mistis. Bahkan, setelah Pak Prabu mengantar mereka untuk menempati tempat menginap yang baru, mereka mengalami kejadian-kejadian yang lebih menyeramkan. Seseorang di antara mereka bahkan merasa Widya telah terkena santet saat Widya mendapati sejumput rambut di dalam mulutnya. 

Di sisi lain, perbuatan Bima dan Ayu kian memperparah keadaan. Bima sebenarnya menyukai Widya. Oleh karena itu, ia menitipkan sebuah benda kepada Ayu agar Ayu menyampaikannya kepada Widya. Namun, Ayu menghilangkan benda tersebut sehingga Bima memarahinya. Suatu ketika, Nur mencari Bima dan Ayu hingga keluar dari batas desa. Nur tak mampu berkata-kata saat ia memergoki teman dan sahabatnya itu usai melakukan perbuatan zina. 

Sementara itu, Widya dan Anton yang tengah berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari pun mengalami hal yang aneh. Seorang pedagang di pasar tercengang saat mengetahui Widya dan Anton menginap di desa tersebut. Bahkan, pedagang itu sempat menawarkan agar mereka mencari penginapan di luar desa dan baru kembali keesokan harinya. Namun, Anfon dan Widya merasa mereka tetap harus kembali ke desa meski hari mulai gelap. Karena tidak mampu berbuat apa-apa, pedagang itu menyarankan agar mereka tidak berkomunikasi dengan siapa pun yang mereka temui di tengah hutan. 

Badarawuhi

Sayangnya Anton dan Widya melupakan peringatan pedagang tersebut. Di tengah perjalan kembali ke desa, saat telah memasuki area hutan, motor yang Anton dan Widya naiki mengalami masalah. Mereka terpaksa meminta bantuan kepada seorang kakek yang kebetulan berada di tempat itu. Si kakek bersedia membantu memperbaiki motor mereka. Bahkan, si kakek mempersilakan mereka untuk menghadiri sebuah pesta yang kebetulan di gelar di desa dekat tempat itu. 

Anton tertegun melihat seorang penari yang sangat cantik dalam pesta tersebut. Namun, Widya justru merasa takut karena penari itu terus-menerus memandanginya sehingga ia mengajak Anton untuk segera meninggalkan tempat itu. Di saat yang sama, si kakek menghampiri Anton dan mengabarkan bahwa motor mereka telah diperbaiki. Si kakek juga mempersilakan Anton untuk membungkus makanan sesuai keinginannya. Ketika mereka beranjak pergi dari tempat itu, seketika pesta tersebut berhenti dan semua orang yang ada di situ memperhatikan mereka berdua. 

Anton dan Widya menceritakan pengalaman mereka saat sampai di desa. Ia tidak tahu kalau saat itu Nur baru saja memarahi Bima dan Ayu atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Wahyu mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap cerita Anton. Lalu, Anton mengeluarkan bungkusan makanan yang ia ambil untuk membuktikan ceritanya. Namun, bungkusan tersebut tidak berisi makanan, tetapi kepala seekor monyet yang baru disembelih. Seketika, semua orang terkejut melihat hal itu. 

Nur yang mencurigai sesuatu antara Ayu dan Bima memutuskan untuk memeriksa barang bawaan Ayu. Ia menemukan sebuah selendang berwarna hijau. Tiba-tiba, Widya datang menemuinya dalan keadaan kerasukan. Melalui tubuh Widya, Badarawuhi memperingatkan agar Nur tidak mencampuri urusannya. Ia tidak segan-segan untuk mencelakai Nur jika tidak menghitaukannya. Meskipun demikian, Badarawuhi juga menunjukkan hormatnya kepada sosok jin penjaga Nur, yaitu Mbah Dok.

Nur tidak mengerti apa maksud dari perkataan Badarawuhi tersebut. Ia juga tidak menyadari bahwa saat Badarawuhi menggunakan tubuh Widya untuk menemuinya, Mbah Dok selalu berada di belakang Nur dan melindunginya. Setelah mendengar cerita dari Bima dan mendesak Ayu untuk mengatakan apa yang terjadi, Nur pun mengetahui bahwa Badarawuhi adalah dalang dari semuanya. 

Cinta Segitiga dan Perbuatan Terlarang

Singkatnya, Badarawuhi memanfaatkan perasaan cinta antara Bima, Ayu, dan Widya untuk menjebak mereka ke dalam perbuatan syirik. Ternyata, selama ini, Badarawuhi yang berwujud seorang penari berparas cantik telah menemui dan berkomunikasi denga Bima dan Ayu secara terpisah. Badarawuhi memanfaatkan rasa cinta Bima kepada Widya, sebagaimana rasa cinta Ayu kepada Bima dan membuat mereka melakukan perbuatan yang tidak semestinya. 

Tengah malam, Widya diam-diam mengikuti Bima yang keluar sendirian hingga ke tapak tilas. Ia terkejut melihat Bima tengah melakukan persetubuhan dengan Badarawuhi yang menampakkan wujud aslinya. Widya ingin meninggalkan tempat itu, tetapi segerombolan jin yang menyerupai warga telah mengelilinginya. Lalu, Badarawuhi menemuinya dan mengungkapkan bahwa ia menginginkan Widya untuk menjadi seorang dawuh atau penari seperti dirinya. 

Widya yang ketakutan tidak mampu berbuat apa-apa selain menangis saat Badarawuhi memaksanya menari. Selain itu, Widya juga sangat terkejut saat melihat ada sosok penari lain di tempat itu yang ternyata adalah Ayu. Sementara itu, Nur yang terjaga mendapati Widya tidak ada di tempatnya mencoba membangunkan Ayu. Namun, Ayu telah berada dalam kondisi sekarat dan membuat Nur berteriak minta tolong. 

Dawuh dan Pendamping

Bersama Anton dan Wahyu, Nur pun menceritakan semuanya kepada Pak Prabu. Anton dan Wahyu menyesalkan karena Nur tidak menceritakan hal itu kepada mereka. Sementara, Pak Prabu sendiri seolah putus harapan saat mengetahui apa yang terjadi. Meski demikian, ia tetap mengerahkan warga desa setempat untuk mencari Widya dan Bima. 

Mbah Buyut sebagai sesepuh desa pun tidak tinggal diam. Beliau memaparkan bagaimana cara Badarawuhi memengaruhi Bima dan Ayu untuk mendapatkan keinginannya. Lalu, Mbah Buyut meninggalkan Nur dan menjelma menjadi sosok anjing hitam untuk menjemput dan membawa Widya kembali. Widya yang mendengar suara anjing itu memiliki peluang untuk meninggalkan tapak tilas. Sayangnya, meski sangat ingin, ia tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong Ayu. 

Di sisi lain, warga desa telah menemukan keberadaan Bima. Sayangnya, sebagaimana Ayu, Bima pun telah berada dalam kondisi sekarat. Mbah Buyut menyesalkan kondisi Bima dan Ayu. Beliau menjelaskan bahwa saat ini kedua teman Nur itu tengah menanggung konsekuensi akibat mereka sendiri. Kini, jiwa keduanya tidak lagi berada dalam tubuh mereka, melainkan di alam jin. Badarawuhi telah menjadikan Bima sebagai pendampingnya. Ia juga menjadikan Ayu seorang Dawuh yang akan terus menari hingga akhir hayatnya. 

Sejarah Kelam Sebuah Desa

Di akhir film, Nur dan kawan-kawannya meninggalkan desa tersebut. Sebelum pergi, Pak Prabu menceritakan sejarah kelam dari desa tersebut kepada Nur. Dahulu, Penduduk desa tersebut memiliki kepercayaan dengan menyembah makhluk halus. Kepercayaan itulah yang membuat desa tersebut seakan tidak pernah berkembang. Pak Prabu sendiri merasa telah gagal dalam melakukan tugasnya sebagai kepala desa. Ia tidak mampu melakukan perubahan untuk membawa desa dan warganya menjadi lebih baik 

Pak Prabu juga menyesalkan apa yang telah menimpa Ayu dan Bima. Bima meninggal pada hari keempat setelah kepulangannya. Tiga bulan kemudian, Ayu pun meninggal. Adegan kemudian berpindah kepada Nur dan Widya yang tengah menceritakan kisah mereka kepada @simpleman dalam sebuah wawancara. Untuk menghormati Ayu dan Bima, Nur dan Widya pun meminta agar @simpleman menyamarkan nama-nama setiap orang dan tempat kejadian tersebu

FAQ Sinopsis Film KKN Desa Penari 2022

Trailer KKN Desa Penari 2022

Nilai rata-rata 3.7 / 5. Jumlah penilai: 3

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *